Indonesia dikenal memiliki budaya dan adat yang sangat beragam. Dalam tradisi adat Jawa, ada satu tradisi masyarakat yang diselenggarakan tiap 1-7 hari, 40 hari hingga 1000 hari sebagai peringatan hari kematian salah satu anggota keluarga. Cara menghitung selamatan orang meninggal tidak bisa dilakukan dengan sembarangan melainkan menggunakan hitungan Jawa.
Agar lebih mudah dalam menentukan hari selamatan biasanya mereka menggunakan patokan penanggalan Jawa. Yang kemudian melahirkan urutan selamatan kematian mulai dari setelah penguburan hingga 1000 hari pasca kematian.
Bagaimana Cara Menghitung Selamatan Orang Meninggal?
- Geblag
Yang dimaksud dengan geblag merupakan hari selamatan orang meninggal yang dilaksanakan setelah orang selesai dikubur. Banyak orang yang menyelenggarakan geblag di hari itu juga atau keesokan harinya. Geblag tidak bisa ditunda-tunda.
- Nelung Dina
Merupakan acara selamatan yang diselenggarakan setelah 3 hari kematian. Pelaksanaan selamatan biasanya dilakukan di malam hari dengan menggunakan rumus lusarlu.
- Mitung Dina
Cara menentukan mitung dina dilakukan dengan sistem tusaro. Contohnya jika ada anggota keluarga Anda yang meninggal tepat di hari Jumat kliwon maka acara selamatan 7 hari akan diselenggarakan di Kemis legi.
- Matangpuluh Dina
Ada banyak cara yang dilakukan anggota keluarga untuk menghitung peringatan kematian 40 hari. Salah satunya dengan menghitung 30 hari lebih kesekian hari setelah hari kematian.
- Nyatus Dina
Cara menentukan atau menghitung selamatan orang meninggal 100 hari berdasarkan pada 3 bulan kematian dan ditambah kesekian hari.
- Mendhak Sepisan
Merupakan hari selamatan orang meninggal yang dilakukan setelah setahun dari hari kematian. Rumus yang digunakan adalah patsarpat ( hari ke-4,pasaran 4 ).
- Mendhak Pindho
Rumus yang digunakan untuk menghitung mendhak pindho adalah rumus jisarlu. Bila ingin lebih mudah, anggota keluarga bisa menetapkan hari selamatan dengan patokan hitungan 2 tahun pasca hari kematian.
- Nyewu
Dan perhitungan selamatan terakhir adalah 1000 hari yang dilakukan setelah 2 tahun 9 bulan dari hari orang tersebut meninggal. Jika ingin data yang lebih akurat, ada baiknya Anda pelajari terlebih dahulu bagaimana perhitungan penanggalan jawa.
Rumus Hitungan Jawa
NEPTU UNTUK HARI
- MINGGU = 5
- SENIN = 4
- SELASA = 3
- RABU = 7
- KAMIS = 8
- JUM’AT = 6
- SABTU = 9
NEPTU UNTUK HARI PASARAN
- LEGI = 5
- PAING = 9
- PON = 7
- WAGE = 4
- KLIWON = 8
Adapun rumus untuk mencari hari selamatan bagi orang yang sudah wafat sebagia berikut :
- Mencari 40 hari : Dino 5 Pasaran 5
- Mencari 100 hari : Dino 2 Pasaran 5
- Mencari 1000 hari : Dino 6 Pasaran 5
- Mencari Pendak I : Dino 4 Pasaran 4
- Mencari Pendak II : Dino 3 Pasaran 4
Terjemah ( Dino = Hari )
Contoh Perhitungan Hari Selamatan
hari meninggal dunia : 1 Agustus 2020,
maka hasilya adalah sebagai berikut:
- Selamatan tepat hari meninggal (geblak) : Jum’at Wage 1 Agustus 2020
- Selamatan 3 hari meninggal : Senin Pahing 4 Agustus 2020
- Selamatan 7 hari meninggal : Jum’at Legi 8 Agustus 2020
- Selamatan 40 hari meninggal : Kamis Wage 10 September 2020
- Selamatan 100 hari meninggal : Senin Wage 9 November 2020
- Selamatan Pendhak I (354 hari) meninggal : Rabu Pon 21 Juli 2021
- Selamatan Pendhak II (708 hari) meninggal : Minggu Pahing 10 Juli 2022
- Selamatan 1000 hari meninggal : Jum’at Wage 28 April 2023
Untuk lebih simpelnya, kunjungi web hitung online ini
Menu Selamatan Orang Meninggal Untuk Undangan
Sebagai ungkapan terima kasih anggota keluarga pada tamu undangan yang hadir mendoakan orang meninggal. Anggota keluarga biasanya menyiapkan menu selamatan. Berikut ini contoh menunya.
- Nasi Buceng
Yang dimaksud dengan nasi buceng adalah nasi berbentuk kerucut. Daripada buceng, mungkin kita jauh lebih familiar dengan nama nasi tumpeng. Nasi buceng disajikan dengan berbagai lauk pilihan. Masing-masing lauk biasanya memiliki makna dan arti tersendiri.
Karena ukurannya yang besar, nasi buceng bisa dinikmati oleh anggota keluarga dan para tamu undangan yang hadir.
- Nasi Golong
Cara penyajian nasi golong tidak kalah unik dari nasi buceng. Nasi ini dihidangkan di atas nampan yang sebelumnya telah dialasi oleh daun pisang terlebih dahulu. Nasi golong tidak disajikan di atas mangkuk atau piring melainkan dibungkus menggunakan daun pisang.
- Nasi Ambeng
Beda dari nasi buceng, nasi ini dibentuk menyerupai bukit. Sementara cara penyajiannya hampir sama di mana lauk pauknya disajikan di sekeliling nasi. Lauk utama dari nasi ambeng di antaranya adalah kue apem dan serundeng.
- Nasi Gurih
Disebut dengan nasi gurih karena nasi ini punya cita rasa yang sangat gurih dan sedap dengan lauk utama satu ekor daging ayam panggang. Untuk membuat nasi gurih biasanya digunakan berbagai bumbu termasuk santan dan juga daun pandan untuk meningkatkan aroma sedapnya.
Itulah empat jenis menu selamatan yang biasanya disajikan oleh anggota keluarga ketika mengadakan acara selamatan hari kematian. Para tamu undangan dipersilahkan menyantap menu makanan setelah prosesi selamatan berakhir. Umumnya menu santapan dinikmati di akhir acara.
Hukum Selamatan Orang Meninggal Dalam Islam
Di Islam juga ada tradisi selamatan hari kematian yang dikenal sebagai hari tahlilan. Tidak beda jauh dengan selamatan hari kematian tradisi Jawa, tahlilan yang dilakukan anggota keluarga juga dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Mulai dari tahlilan selama 7 hari, 40 hari, 100 dan terakhir 1000 hari.
Menariknya, tahlilan yang dilakukan secara rutin pasca 7 hari diadakan setiap malam Jumat dan malam pilihan lainnya. Dalam agenda tahlilan, tamu undangan diwajibkan untuk membacakan ayat-ayat Alquran. Ayat-ayat Alquran dibacakan sebagai doa dan nantinya akan menjadi hadiah pahala bagi si mayit.
Akan tetapi, berdasarkan pendapat Kiai NU diterangkan jika hukum menjalankan tahlilan bagi orang yang telah meninggal adalah bidah. Yang dimaksud dengan bidah adalah suatu aktivitas peribadahan yang diselenggarakan tanpa adanya dasar hukum. Banyak yang meyakini jika melaksanakan bidah sama saja melakukan kegiatan yang dilarang agama.
Di atas adalah pendapat kontra tentang tahlilan yang dilaksanakan oleh anggota keluarga untuk mendoakan si mayit. Sementara itu, ada juga yang berpendapat jika melaksanakan tahlilan bukan termasuk bidah karena tertera secara jelas pada kitab “Al-Hawi Lil Fatawi” sebuah kitab yang dibuat oleh Imam Jalaludin Abdurrahman As-Suyuthi Jilid 2.
Dalam halaman 178 diterangkan secara jelas kebaikan yang akan diterima oleh si mayit ketika anggota keluarga melaksanakan tahlilan. Disebutkan pula jika melakukan tahlilan 7 hari merupakan sunnah karena artinya telah melakukan jamuan sedekah pada mereka yang telah meninggal.
Rekomendasi Artikel :
Hitungan Weton Jawa untuk Pernikahan
Baik atau tidaknya melaksanakan tahlilan, tentu masih menjadi pro dan kontra di kalangan para pengamat agama. Meski demikian, masih banyak anggota keluarga yang mempelajari cara menghitung selamatan orang meninggal. Karena hari selamatan menjadi hari yang ditunggu-tunggu untuk mendoakan dan merasa dekat dengan orang yang telah meninggal.